157 Tahun, Turinah Wanita Tersepuh di Sumsel


Nenek Turinah memecahkan rekor sebagai orang tertua di Provinsi Sumatera Selatan. Nenek yang usianya mencapai 157 tahun itu ditemukan di Desa Tanjung Mas, RT 001/01, Kecamatan Buay Madang Timur, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan.
Meski usianya sudah melewati satu setengah abad, namun seluruh panca indera nenek Turinah masih berfungsi. Pendengarannya masih normal, hanya saja matanya sudah sedikit rabun. Tubuhnya yang bungkuk dimakan usia juga masih kuat beraktivitas, seperti menyapu, mengupas bawang dan menebas rumput.
Nenek Turinah ditemukan tim sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) OKU Timur yang melakukan pendataan ulang penduduk sejak 20 April lalu. Kepala BPS OKU Timur Jhoni Sardjono mengungkapkan, dari pendataan yang dilakukan petugas, diketahui jika ada warga OKU Timur yang usianya 157 tahun.
Saat wartawan mendatangi kediaman Turinah, 157, di Desa Tanjung Mas, nenek ini terlihat sibuk dengan kegiatan sehari-harinya mengupas kulit bawangserta memetik sayur untuk kemudian dimasak.
Meskipun usianya sudah lebih dari 100 tahun, namun pendengarannya masih cukup berfungsi. Buktinya ketika wartawan mengucapkan salam, Turinah yang berada di dalam rumahnya dengan spontan menjawab ”waalaikumssalam”.
Didampingi menantunya,Muhammad Kodir (40), Turnihan menceritakan perjalanan hidupnya.Turinah menuturkan dirinya lahir di Jember tahun 1853. Sebelum menetap di Desa Tanjung Mas, dia mengaku sudah sering berpindah-pindah tempat maupun daerah.
”Saya ikut orangtua yang menjadi peserta transmigrasi ke Sumatera saat masih zaman Belanda,” katanya dengan mengenang masa kecilnya. Saat remaja pada masa penjajahan Belanda, dia juga sempat bekerja di Kebun Teh Gunung Dempo Pagaralam.
Turinah juga menceritakan saat Indonesia di jajah Jepang, dirinya aktif di dapur umum membantu sejumlah pejuang yang gerilya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Meskipun hanya bertugas dibagian dapur tetapi itu membuatnya bangga. Karena bisa menyediakan makanan dan minuman serta konsumsi bagi pejuang yang rela menyerahkan nyawa demi bangsa yang dicintai.
Kenangan yang cukup lama itu masih bisa dia kenangan dengan jelas. Meskipun saat ini dirinya hidup dalam kondisi yang sederhana namun tidak membuatnya merasa rendah, bahkan dia selalu berupaya memberikan contoh dan menjadi tauladan bagi keluarga dan warga sekitar tempatnya berdomisili.
Tapi ada yang menjadi penyesalannya, karena takut dituduh terlibat dengan G30S PKI yang terjadi 1965, sejumlah dokumen tentang dirinya dibakar. “Saya tidak bisa memperlihatkan data saat ada petugas yang datang melakukan pendataan bagi veteran, karena semua dokumen saya dibakar,” imbuhnya.
Namun hal itu tidak membuatnya menyesal, karena berbuat dan berjuang untuk bangsa dan negara merupakan perbuatan mulia dan dia bersyukur diberi kesempatan berbuat bagi bangsa dan negera.

Comments