Inilah Sejarah Peluit Sepak Bola di Dunia gan. Dulu, sepak bola dimainkan tanpa peraturan yang ketat. Setelah banyak peraturan dipakai, barulah sepak bola memakai seorang wasit. Namun, wasit sering kesulitan ngasih tanda ketika terjadi pelanggaran.
Maka, muncullah ide memakai peluit. Pertandingan sepak bola pertama yang memakai peluit terjadi di Notthingham pada 1878. Jenis peluitnya masih sederhana gan.
Baru pada 1884, warga Birmingham, Joseph Hudson, menemukan peluit yang lebih nyaring dan mudah dibunyikan dan diberi nama "Acme Thunderer". Jenis peluit itu yang bertahan ampe sekarang. Model bisa berubah, tapi konstruksi dan desain dasar peluit yang dipakai sepak bola saat ini tak jauh berbeda dengan peluit yang ditemukan Hudson.
Sejak dibuat tahun 1884, peluit itu memang terkenal. Hudson sendiri akhirnya terus memproduksi peluit tersebut. Pemakainya tak hanya di sepak bola, tapi juga kepolisian, transportasi kapal, sampai untuk musik reggae.
Hudson sendiri akhirnya mendirikan pabrik peluit itu di Birmingham. Hingga sekarang, sudah hampir 200 juta peluit yang diproduksi pabrik tinggalan Hudson tersebut dan telah dipakai di banyak keperluan, utamanya sepak bola. Berikut ini gan beberapa model peluit yang diproduksi Hudson & Co.
Jenis peluit pertama yang kemudian menjadi pakem sebagai peluit sepak bola.
Acme Thunderer Version Two (1920)
Desainnya tetap sama, cumua ukuran peluit agak kecil. Selain itu, suaranya lebih bagus dan keras. Mudah ditiup dan cocok untuk wasit sepak bola.
Model No. 60 1/2 (1923)
Peluit ini didesain untuk suasana pertandingan yang penontonnya banyak. Dengan demikian, suaranya tak kalah oleh gelegar sorak-sorai. Peluit ini diyakini pertama kali dipakai di final Piala Wembley pada 1923.
Pro-Soccer Whistle (1930)
Ini peluit yang lebih kuat dan bisa terdengar sampai ke pojok-pojok stadion, meski stadion penuh sesak oleh penonton, dengan teriakan-teriakan yang membahana. Peluit ini diproduksi Hudson & Co pada 1988 dan digunakan di Piala Dunia, Liga Champions, Piala UEFA, dan kompetisi di banyak negara.
Comments
Post a Comment