Belanja Tanpa Kantong Plastik


GERAKAN mengurangi penggunaan kantong plastik semakin menggema. Cara yang dilakukan pun beragam. Mulai aksi pribadi, membuat cause di Facebook, hingga berbisnis tas ramah lingkungan.

”Enggak usah pakai plastik, Mbak. Nanti saya masukkan ke tas saja,” ujar Yuliana, 24, saat berbelanja di sebuah minimarket.

Selesai membayar, barang belanjaan itu lantas diselipkan dalam tas ransel ukuran sedang yang dipanggulnya. Kebiasaan menolak kantong plastik ini sudah dilakukan Yuliana sejak setahun lalu. Ia menyebut aksi ini sebagai, ”bentuk paling kecil yang bisa dilakukan untuk memperbaiki lingkungan”.

”Soal buang sampah, terkadang saya masih suka sembarangan. Nah, menolak kantong plastik atau membawa tas belanja sendiri, buat saya lebih gampang,” katanya.

”Biasanya saya membawa tas yang bisa dilipat atau kantong plastik bekas dari rumah. Kalau perlu tinggal dipakai, praktis,” tambah dia.

Kebiasaan yang kurang lebih sama itu juga dilakukan Thrio Haryanto, 34. Thrio lebih suka menenteng tiga buku yang baru dia beli dibandingkan harus memasukkannya dalam kantong plastik.

”Sebagian mungkin menganggap aneh, termasuk kasir yang melayani saya. Ngapain beli buku banyak, tapi tidak mau diberi kantong plastik gratis? Justru dengan mengatakan ke kasir bahwa plastik itu tidak baik, paling tidak mereka jadi tahu,” jelas Thrio.

Plastik memang musuh lingkungan yang belum banyak diketahui orang. Kalaupun tahu, kebanyakan memilih untuk tidak peduli atau pura-pura tidak tahu. Wajar saja, kantong plastik yang selalu diberi gratis saat berbelanja memang menawarkan kepraktisan untuk membawa bawang belanjaan.

Padahal di balik kemudahan itu, plastik menyimpan bahaya yang menyeramkan. Bahan-bahan plastik kebanyakan mengandung racun yang tak hanya merusak tanah, tapi juga organ tubuh manusia.

Contoh paling sederhana adalah plastik polimer sintetik atau plastik yang terbuat dari polyethylene (PE). Plastik ini lebih dikenal masyarakat sebagai kantong/ tas kresek.
Ketika dibuang, kantong plastik ini butuh waktu ratusan tahun agar bisa diurai tanah. Selama waktu yang panjang itu, plastik akan mencemari tanah.

Mau dibakar? Sama bahayanya. Karena asap dari kantong kresek dapat menimbulkan senyawa berbahaya. Semakin ironis karena untuk membuat kantong plastik dibutuhkan ratusan ribu galon minyak bumi, yang bisa menimbulkan efek rumah kaca.

Ujung-ujungnya, warga dunia akan merasakan efek pemanasan global yang kini mulai terasa dan terlihat dampaknya di berbagai belahan dunia.

Demi menyebarkan informasi ”menyeramkan” serta mengajak sebanyak mungkin orang untuk mengurangi penggunaan plastik, Thrio akhirnya membuat cause ”Kurangi Kantong Plastik” di Facebook. Cause adalah salah satu layanan yang disediakan Facebook untuk mendukung kampanye atau goal tertentu. Cause ”Kurangi Kantong Plastik” yang aktif sejak pertengahan tahun lalu itu sekarang sudah mencatat 176.552 dukungan.

Usaha yang lebih konkret lagi dilakukan Mohammad Bijaksana Junerosano, 28, pendiri Greeneration Indonesia. Greeneration Indonesia adalah perusahaan yang menjual produk ataupun jasa yang berkaitan dengan gaya hidup hijau. Salah satu brand mereka, BaGoes, memproduksi tas/kantong belanja ramah lingkungan . Ada dua produk unggulan BaGoes.

Yang pertama ialah tas berbahan laken beritsleting yang bisa dilipat kecil hingga seukuran dompet. Tas tersebut dapat menahan berat hingga 3–5 kg. Produk kedua adalah tas berbahan nilon dengan kapasitas hingga 10 kg yang bisa dilipat hingga seukuran dompet panjang.

Yang menarik, tas ini bisa juga dijadikan gantungan kunci. Jadi bagi mereka yang sering lupa, bisa langsung mengaitkannya dengan kunci rumah atau kunci mobil saat bepergian.

Dengan bentuk yang menarik sekaligus praktis, permintaan terhadap tas tersebut cukup banyak. Sano mengaku kewalahan melayani permintaan yang terus meningkat.

”Karena banyak permintaan, kita ada rencana untuk menambah kapasitas. Soalnya konsumen kita tak terbatas individu, tapi juga korporasi,” ujar Sano .

Memang, beberapa minimarket dan supermarket sudah mulai peduli terhadap kampanye pengurangan kantong plastik. Peritel modern seperti Carrefour dan Circle K sudah menjual tas yang ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti kantong plastik. Yang bisa dijadikan contoh mungkin toko The Body Shop.

Sejak dua tahun lalu, seluruh gerai yang menjual produk perawatan tubuh ini sudah menggunakan kantong kertas yang 80% bahannya adalah daur ulang (post consumers recycled papers) sebagai kantong belanja.

Mereka juga menjual Bags For Life (Green Bag) yang terbuat dari cotton organic bagi konsumen yang ingin terus membawa kantong sendiri saat berbelanja.

”Annita Roddick, pendiri The Body Shop, sangat peduli lingkungan,” urai PR Manager The Body Shop Indonesia Ratu Maulia Ommaya.

Jika melihat banyaknya elemen masyarakat yang sudah mengampanyekan pengurangan penggunaan kantong plastik, seharusnya keinginan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang menargetkan Ibu Kota ini bebas kantong plastik mulai 2011 bisa terwujud.

Comments