Kompor Biji Jarak Diprediksi Gantikan Kompor Gas Yang Sering Meledak

Bagi yang trauma dengan maraknya tabung gas meledak mungkin bisa mencoba kompor alternatif yang dipercaya lebih aman, dan hemat bahan bakar.

Sebuah kompor menggunakan energi biji jarak mulai dikenalkan di Kota Malang. Buah karya Eko Widaryanto dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ini dapat menjadi alternatif warga untuk beralih penggunaan kompor berbahan baku minyak fosil atau gas.

Kompor diberi nama UB-16 dan UB-16-S sebagai penyempurnaan ini telah berhasil melalui ujicoba memfaatkan biji kering jarak pagar. Api kompor itu mampu menghasilkan nyala berwarna biru, dibandingkan dengan kompor yang menggunakan bahan bakar gas atau minyak tanah.

Menurut Eko dalam setiap pembakaran menggunakan biji jarak seberat 250 gram, dapat menghasilkan nyala api hingga dua jam. "Jika dihitung satu kilo jarak pagar hanya seribu rupiah, maka akan sama dengan nyala kompor selama 6 jam," kata Eko kepada detiksurabaya.com saat memamerkan kompor ciptaannya di rumahnya Jalan Tlogo Indah 44, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

http://indonesianic.files.wordpress.com/2008/11/kompor-jarak.jpg

Artinya memasak dengan kompor hasil temuan Eko ini dapat dikatakan ekonomis dan efesien dan tidak mengeluarkan biaya mahal. Dibandingkan dengan kompor menggunakan bahan bakar minyak tanah.

Eko sendiri menjual kompor ciptaannya ini dengan harga sebesar Rp 50 ribu hingga Rp 75 ribu. Dia mengaku hingga saat ini banyak pesanan datang dari luar pulau Jawa. Seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur, serta Nusa Tenggara Barat.

Untuk memenuhi pesanan pembeli di seluruh penjuru tanah air, Eko Widaryanto telah memproduksi 11 ribu kompor berbahan baku biji jarak. Dari jumlah tersebut, pesanan paling banyak berasal dari luar pulau Jawa.

"Sudah ada sekitar 11 sampai 12 ribu kompor saya buat dan dipasarkan ke seluruh penjuru tanah air," kata Eko, di rumahnya Jalan Tlogo Indah 44, Kecamatan Lowokwaru, Kota MalangSelasa.
Eko, yang juga dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malangini mengaku masih banyak permintaan lagi untuk memproduksi kompor dalam jumlah besar. "Permintaan ada lagi, dalam jumlah besar. Masih juga untuk wilayah luar Jawa," terangnya.

Eko sendiri tidak memungkiri faktor keamanan menjadi pertimbangan, sehingga
permintaan produksi kompor ciptaannya ini meningkat. Terlebih lagi kompor
tersebut berbahan baku non fosil.

Menurut Eko, permintaan bukan saja datang dari masyarakat di luar pulau Jawa. Namun, juga dipesan oleh Departemen Pertanian, serta lembaga-lembaga lainnya.

"Departemen Pertanian juga memesan kompor ini, serta beberapa lembaga lain," tegasnya.

Sementara itu, daerah paling banyak menggunakan kompor ini tambah Eko, daerah-daerah yang mempunyai komoditi jarak sebagai bahan baku. "Seperti NTT dan NTB," ungkapnya.

Bahan baku biji jarak menjadi kendala tersendiri pada kompor ciptaan Eko Widaryanto, seorang dosen Universitas Brawijaya (Unibraw). Pasalnya, disaat permintaan kompor terus meningkat, bahan baku jarak sangat sulit diperoleh.

"Untuk bahan baku jarak pagar kini memang sulit didapatkan," ujar Eko Widaryanto pencipta kompor berbahan baku biji jarak kepada detiksurabaya.com, di rumahnya Selasa (3/8/2010).

Sebagai langkah mengatasi itu, warga Jalan Tlogo Indah 44, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, ini sedikit merubah hasil ciptaannya untuk dapat digunakan tanpa hanya memakai bahan baku biji jarak. Kini kompor yang diberi nama UB-16 dan UB-16-S ini dapat digunakan atau menggunakan bahan baku kepala sawit.


"Sekarang ini kompor itu saya namai kompor berbahan baku nabati, menggunakan kelapa sawit," ungkapnya.

Bentuk pengoperasian sendiri hampir sama dengan ketika menggunakan bahan baku biji jarak. Kompor ini pun, lanjut Eko, dapat fleksibel ketika menggunakan dengan memilih bahan bakunya.

"Kalau ada biji jarak ya pakai biji jarak, kalau ada kelapa sawit pakai bahan baku itu," tuturnya.

Sebelumnya, kata Eko, dirinya menciptakan kompor berbahan baku biji jarak, karena di sejumlah daerah banyak tidak memaksimalkan komoditi tersebut.

Bahan baku yang berlimpah itu membuat dirinya mencoba menciptakan suatu kompor yang bisa dinyalakan dengan bahan baku jarak. Berdasar pada Inpres nomor 1 Tahun 2006 untuk pengembangan energi biodiesel.

Maka hampir semua BUMN menanam biji jarak, hingga banyak bahan baku tersebut melimpah. "Waktu itu harga minyak dunia mencapai 120 US dollar per barel hingga pemerintah menerapkan program pengembangan bio energi melalui Inpres nomor 1 Tahun 2006," kata Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang ini.

Namun, setelah harga minyak dunia kembali menurun, banyak bahan baku jarak
terabaikan di sejumlah daerah. Untuk memanfaatkan itu, dirinya kemudian
menciptakan kompor menggunakan energi alternatif.


"Itu latar belakang, kami membuat kompor berbahan baku biji jarak," terangnya. Kendati demikian, bahan baku biji jarak kini kembali sulit didapatkan. Karena di sejumlah daerah tidak lagi menanam jarak. "Sekarang menjadi masalah bahan baku itu sulit didapatkan," ujarnya.

Eko mengungkapkan, dengan menggunakan bahan kelapa sawit, proses penggunaan akan lebih cepat dibandingkan kompor berbahan baku minyak fosil. Jika dihitung penggunaan kompor berbahan baku kelapa sawit lebih ekonomis.

Beberapa waktu lalu Eko mencoba kompor miliknya dengan bahan baku kelapa sawit. Hasilnya lebih cepat dan murah. "Saya sudah coba, dan hasilnya lebih cepat serta murah," tuturnya.

Uji coba dilakukan Eko dengan memanfaatkan 400 gram kelapa sawit atau setara
dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 600. Bahan baku itu digunakan Eko untuk memasak nasi seberat 0,5 kilogram cukup atau untuk empat orang, disusul dengan memasak sayur, menggoreng tahu, dan memasak air untuk minuman. Semua itu dilalui selama 1,5 jam saja atau 90 menit.

"Ini lebih cepat dan murah, jika menggoreng telor atau kerupuk maka akan lebih cepat sekali," katanya.

Eko mengharapkan kompor berbahan baku nabati ini akan dapat digunakan oleh masyarakat di luar pulau Jawa yang banyak memiliki komoditi kelapa sawit. "Kompor ini telah dipasarkan mulai Bengkulu hingga daerah-daerah timur Indonesia," akunya.

Sumber: http://surabaya.detik.com

Comments

  1. minta nomor telepon
    info untuk beli kompornya secepatnya
    karna mau dipakai tgl 24 mei

    ReplyDelete

Post a Comment