Mengapa "Love at First Sight" Bisa Terjadi?


KOMPAS.com - Tak semua orang percaya akan kekuatan "cinta pada pandangan pertama". Hal itu pasti dianggap sebagai ketertarikan sesaat saja. Namun tak sedikit pula orang yang berani mengatakan bahwa pasangannya saat ini merupakan jodohnya sejak pertama bertemu. Darimana sebenarnya keyakinan ini berasal? Mengapa kita bisa jatuh cinta begitu cepat pada seseorang?

Rasa tertarik yang begitu cepat terjadi, menurut Helen Fisher, PhD, peneliti dari jurusan Anthropologi, Columbia University, New York City, tak lepas dari fenomena ketertarikan instan yang terjadi pada binatang. Para ilmuwan telah merekam fenomena ketertarikan instan ini dalam ratusan spesies. Dari orangutan, babon, berang-berang, simpanse, anjing eskimo, dan banyak mahluk lainnya. Gajah, misalnya, melakukan gerakan-gerakan seperti melambai-lambaikan kupingnya dengan intens, atau mengacungkan belalainya tinggi-tinggi, ketika mengamati lawan jenisnya.

Menurut Fisher, manusia mewarisi untaian otak ini sehingga terjadi ketertarikan instan, atau yang kita kenal dengan love at first sight itu. Hasrat yang spontan ini disebabkan mamalia hanya memiliki waktu beberapa jam, beberapa hari, atau beberapa minggu, untuk dibuahi. Mereka tak ada waktu untuk ngobrol dan menyesuaikan diri. Mamalia harus segera bertemu untuk menyalurkan hasrat dan berkembang-biak dengan cepat.

Pada manusia, pertemuan pertama memang memegang peran penting, apakah pertemuan selanjutnya akan terjadi lagi atau tidak. Tanpa mengetahui siapa sosok ini sebenarnya, kita cenderung akan bergantung pada kesan pertama saja. Berdasarkan sepotong informasi ini, kita lalu membentuk opini yang kuat mengenai pria yang baru kita temui, umumnya dalam tiga menit pertama saja.

Siapa yang jatuh cinta lebih cepat?
Kecenderungannya, pria jatuh cinta lebih cepat daripada wanita. Kemungkinan hal ini disebabkan sirkuit otaknya untuk cinta romantis lebih cepat dipicu oleh obyek secara visual. Tetapi kita bisa saja berbicara beberapa menit dengan seseorang yang baru kita kenal, dan segera merasakan chemistry. Setidaknya, tahu akan ada chemistryselanjutnya.

Apakah ini cinta atau nafsu? Menurut Fisher, dua jenis perasaan ini melibatkan jaringan otak yang sangat berbeda. Kita bisa saja memiliki keintiman fisik dengan seseorang yang tidak kita cintai, atau kita bisa jatuh cinta berat dengan seseorang yang belum pernah Anda cumbu. Namun untaian otak ini bisa saling memicu, dan sesaat akan membuat kita bertanya-tanya apakah ketertarikan ini murni fisik atau tidak.

Penulis buku Why We Love ini juga mengatakan, kita akan tahu apakah hasrat kita adalah cinta atau nafsu, hanya dengan menjawab pertanyaan sederhana: "Berapa kali dalam sehari Anda memikirkannya?" Sebab, cinta romantis akan menjadi obsesi. Hal itu bisa terjadi dalam sekejap, tetapi ketika itu terjadi, Anda tidak bisa berhenti memikirkannya. Hasrat yang instan ini kadang-kadang bisa berlangsung dalam beberapa tahun.

Kesimpulannya, perasaan akan hasrat romantis yang intens bisa saja terbangun dalam saat-saat pertama Anda menatap seseorang yang memenuhi konsep Anda mengenai pasangan yang sempurna. Saat itu Anda mengalamilove at first sight.

Comments