Abdul Malik, Pesepakbola Junior Bertalenta Berlatih Di SSI Arsenal



Abdul Malik (kanan) bersama pelatih SSI Arsenal Claudio Daniel Olivera Luzardi dan saudara angkatnya, Syahrian Abimanyu. Foto: Titik Andriyani//Jawa Pos

KERINGAT bercucuran membasahi wajah Abdul Malik, 12, seusai berlatih juggling dan mendribel bola di lapangan International Sport Club Indonesia (ISCI), Ciputat. Gerakannya gesit saat menggiring bola. Tembakannya ke arah gawang juga akurat.

Delapan bulan lalu, bocah asal Kampung Junok, Desa/Kecamatan Burneh, Bangkalan, Madura, itu diboyong ke Jakarta untuk dilatih di Sekolah Sepak Bola Indonesia (SSI) Arsenal karena dinilai memiliki skill istimewa.
Mantan pelatih Perseba Bangkalan Rasiman yang menemukan bakatnya. Malik yang sebelumnya menjadi joki karapan sapi di Bangkalan itu kemudian dibawa untuk menjadi bagian tim U-12 SSI Arsenal.

Saat ditemui Jawa Pos, Malik tengah berlatih bersama saudara angkatnya, Syahrian Abimanyu, putra tunggal Rasiman. Saat ini Rasiman menjadi pelatih Timnas U-16. Dia bersama istri yang sudah boyongan ke Jakarta bahkan mengangkat Malik sebagai anaknya.

Di sebelah pojok lapangan, pelatih asal Brazil Claudio Daniel Olivera Luzardi mengawasi mereka berdua. Lima menit kemudian, Malik dan Abi rehat. Raut senang terlihat di wajah Malik. Dia mengaku sudah kerasan tinggal di Jakarta. Bocah kelahiran 30 Juni 1997 itu rutin berlatih seminggu tiga kali di bawah arahan Claudio Daniel Olivera. Yaitu, tiap Senin dan Kamis pukul 16.00-18.00 dan Minggu pukul 10.30 hingga 12.00.

Di luar itu, porsi latihan ditambah sendiri oleh Rasiman. Sehari-hari, oleh Rasiman, Malik dan Abi dilatih privat di rumah. "Kecuali Sabtu. Pagi dan sore kami rutin berlatih," ujar Malik. Mereka bisa berlatih setiap hari karena memiliki lapangan mini di samping rumah. Tiap pagi, pukul 06.00-07.30, Rasiman meminta mereka berlatih fisik. Untuk sore letihan lebih ditekankan pada teknik permainan. Misalnya shooting, juggling, dribble, heading maupun keeping. "Atau berlatih dua lawan dua," ucapnya.

Di SSI Arsenal, Malik diposisikan sebagai striker. Malik mengatakan, menurut pelatihnya, dia memiliki kemampuan bagus dalam hal kecepatan. "Juga melewati lawan," akunya. Sementara kelebihan Abi adalah juggling. Dalam sehari porsi latihan juggling mencapai lebih dari 1.000 kali.
Selama di Jakarta, Malik juga beberapa kali ikut turnamen. Misalnya, turnamen yang digelar Pelita Jaya, piala Ahmad Dani, maupun Buperta. Timnya sempat menyabet juara III saat memperebutkan piala Ahmad Dani.

Pada 23 Maret mendatang, Malik masuk tim all star yang akan berangkat ke Singapura untuk mengikuti International School Selection se-Asia Tenggara. Timnya adalah gabungan anak-anak U-12 yang terpilih dari Indonesia, Belanda, Prancis, Brazil, Portugal, dan Inggris. Malik terpilih masuk tim all star bersama dua pemain Indonesia lainnya.

Pada awalnya Malik mengaku agak canggung dengan lingkungan baru. Namun, dia cepat menyesuaikan diri, baik untuk berinteraksi bersama teman satu klub maupun sekolah.

Malik saat ini bahkan sudah masuk SMP. Rasiman dan istri menyekolahkan dia di SMP Darul Thirom. Lokasinya berdekatan dengan rumah mereka di kawasan Ujung Aspal, Pondok Gede. Sehari-hari ke mana-mana Malik selalu bersama Abi. "Karena dulu Pak Rasiman membawa saya ke sini untuk menemani Abi supaya ada teman latihan," tuturnya.

Selama di Jakarta, Malik mengaku sudah diajak keliling orang tua angkatnya ke mana-mana. Anak pasangan Sublih, 40, dan Saimi, 38, itu mengaku kadang merindukan kampung halaman dan teman-temannya. Maklum, sejak dibawa ke Jakarta, Malik baru pulang sekali. "Waktu ujian akhir. Soalnya, mau melanjutkan ke SMP," sebutnya.

Peluang Malik untuk pulang kampung relatif kecil karena dia sibuk berlatih.

Karena itu, kedua orang tuanya kadang datang menjenguknya. Meski terpisah jarak, kedua orang Malik rutin menghubunginya. "Pesan bapak-ibu, jangan lupa salat, jangan bertengkar, jangan malas sekolah, dan rajin belajar," ujar Malik menirukan wejangan ayahnya. Malik mengatakan, selama di Jakarta dia mendapat banyak pengalaman baru. Misalnya, dia diajak syuting sinetron pendek untuk persiapan menjelang World Cup 2010 di Afrika Selatan. Dia bersama 14 anak SSI Arsenal mendapat kesempatan tersebut. "Rasanya senang sekali," ujarnya. Lantaran kesibukannya itulah kadang Malik izin meninggalkan pelajaran di sekolah. "Pak Rasiman yang menguruskan izinnya," ucap fans berat Cristiano Ronaldo itu.

Malik memang gandrung pemain asal Portugal itu. Dalam kacamatanya, skill Ronaldo amat luar biasa. "Dia cepat dan lincah. Saya ingin seperti dia," ucapnya mantap. Karena itu, Malik dan Abi sama-sama bermimpi menjadi pemain dunia. "Ingin buat orang tua bangga," ucapnya.

Salah seorang pelatih SSI Arsenal, Claudio Daniel Olivera Luzardi, mengakui, Malik memiliki banyak potensi untuk menjadi pemain besar. Dari sisi kepribadian, Malik dinilai memiliki dedikasi tinggi, confidience yang kuat, dan disiplin. Tiga hal itu, menurut dia, menjadi modal besar untuk menjadi pemain hebat. "Dia juga full attention," ucap pelatih asal Brazil yang sudah 16 tahun tinggal di Indonesia itu.

Dari segi teknik, Malik memiliki skill di atas rata-rata pemain SSI Arsenal. Menurut dia, Malik adalah diamond bagi SSI Arsenal. "Dia pemain nomor satu kami. Skill individunya luar biasa," puji Claudio. Menurut dia, beberapa pelatih SSI Arsenal lain dari Italia, Inggris, dan Chili juga sepakat dengan hal itu. Di SSI Arsenal memang juga ada pelatih dari negara-negara tersebut. Bahkan, kata Claudio, pelatih kepala SSI Arsenal Delmoul Holland, yang juga mantan pemain andalan Lokomotif Moskow, mengakui bahwa Malik berpotensi menjadi pemain besar.

"Semua pelatih di sini berkesimpulan dia yang terbaik. Saya yakin Malik berpeluang besar main di luar (negeri, Red)," tutur mantan pemain klub Vasco da Gamma, Brazil, itu. Apalagi, kata dia, Malik akan masuk tim nasional U-14. "Dia berpeluang mengangkat nama Indonesia dengan bermain di klub luar, bahkan Eropa," ucapnya.

Tak hanya memiliki teknik bermain bagus, Malik dinilai bisa menjadi penggerak timnya. Karena itulah, Malik diberi ban kapten. "Beberapa pemain kami sudah ada yang bermain di luar seperti Amerika. Saya yakin Malik segera menyusul," ujar pelatih berusia 38 tahun itu.

Hanya, kata Claudio, ada satu kekurangan Malik. Postur tubuhnya dinilai kecil dan kurang kuat. Padahal, untuk bermain di klub luar negeri, terutama Eropa, postur tubuh menjadi salah satu hal penting. "Secara teknik, kemampuan dia nggak ada masalah. Hanya kekuatannya yang kurang," ujarnya.

Hal senada diakui Nur Setiati, ibu angkatnya. Dia mengaku, kali pertama Malik tiba di Jakarta, susah sekali makan. Namun, Nur bertekad agar berat badan Malik bertambah. "Saya sampai bawa dia ke dokter. Anak ini kenapa kok nggak doyan makan," pikirnya.

Berbagai makanan bergizi pun lantas dihidangkan untuk Malik. Kini berat badan Malik mencapai 34 kilogram. Padahal, kata Nur, ketika tiba di Jakarta, berat badannya hanya 25 kilo. "Saya sampai nggak tega waktu itu. Sekarang dia lumayan berisi. Waktu ke sini, orang tuanya sampai kaget," ujarnya.

Rasiman menambahkan, kini masalah nutrisi sudah dapat diatasi. Secara teknis, kemajuan yang diperlihatkan Malik sangat baik. "Demikian juga mentalnya. Mudah-mudahan posturnya berkembang menjadi lebih baik lagi," ungkapnya.

Dia optimistis Malik menjadi pemain hebat. Menurut dia, hal itu harus didukung dengan peluang dan jaringan.

"Kami hanya berharap dia menjadi pemain bagus. Karena itu, kami selalu mengupayakan yang terbaik," ucapnya.

Comments