Mitos seputar ledakan pesawat antariksa Challenger


Mitos seputar ledakan pesawat antariksa Challenger


Penyebab meledaknya pesawat luar angkasa Challenger 25 tahun yang lalu memang masih misteri. Mitos-mitos seputar bencana pesawat Challenger pun beredar.
Setelah seperempat abad telah berlalu sejak bencana ledakan pesawat Challenger. Kecelakaan ini merupakan bukti kalau teknologi canggih pun masih berisiko. Kejadian pada 28 Januari 1986 ini menjadi salah satu sejarah kegagalan NASA paling besar. Padahal, sebelum Challenger, NASA telah berhasil meluncurkan pesawat ke luar angkasa sebanyak 24 kali.

Penyebab kecelakaan Challenger masih misteri sampai hari ini, sekitar 25 tahun setelah bencana. Seputar Challenger, muncullah mitos-mitos.
Ada mitos yang menyebutkan kalau Challenger meledak 73 detik setelah diluncurkan dari Kennedy Space Center di Florida. "Pesawat tidak meledak," tegas valerie Neal, kurator pesawat luar angkasa dari National Air and Space Museum di Washington D.C. Ia mengira mitos itu berasal dari uap yang memang berbentuk seperti ledakan. Pers menyebutnya sebagai ledakan. Bahkan orang-orang NASA sendiri pun kadang salah sebut.

Pada saat penelitian, penyebab asap itu agak rumit. Tangki bahan bakar Challenger rusak, menyebabkan hidrogen dan oksigen berbentuk cairan keluar. Ketika bahan kimia itu menyati, mereka membantuk bola api di udara. Pesawat itu sendiri masih utuh dan terus mengangkasa, tapi kemudian jadi tidak stabil.

Mitos lain yang muncul adalah anggapan kalau ketujuh kru Challenger--Michael Smith, Dick Scobee, Ellison Onizuka, Judith Resnik, Ronald McNair, Christa McAuliffe, serta Gregory Jarvis-- meninggal seketika. Sebab kematian memang belum diketahui secara persis, tapi banyak ahli mengatakan kalau mereka masih hidup ketika Challenger tercebur ke Lautan Atlantik dengan kecepatan 321 kilometer per jam. "Mereka masih mengenakan sabuk keselamatan saat ditemukan," jelas Neal. Laporan kesehatan NASA menunjukkan kalau ada kemungkinan para kru sudah tidak sadar saat momen terakhir. "Karena tekanan," demikian tertera pada laporan tersebut.

Momen terakhir Challenger disebut disaksikan secara langsung lewat televisi oleh jutaan orang. Nyatanya, ini mitos. Hanya sedikit orang yang yang melihat tragedi itu di televisi, lewat siaran yang diteruskan satelit NASA. Tidak banyak orang yang memiliki akses ke siaran televisi tersebut. Lagipula, jaringan televisi besar waktu itu tidak menyiarkan secara langsung peluncuran Challenger plus peluncuran dilakukan pada jam kerja.

Mitos seputar cuaca juga muncul. Cuaca dingin pada hari itu, di bawah nol derajat Celcius, disebut sebagai salah satu sebab. "Temperatur tidak masalah," kata Neal. Analisis mengindikasikan kalau suhu dingin jadi faktor. Tapi, faktor utamanya adalah bocornya tangki bahan bakar.

Minggu ini, di saat NASA memperingati genap 25 tahun bencana Challenger, armada-armada pesawat lain juga akan melakukan pendaratan sekali lagi di stasiun luar angkasa (space station). NASA berencana meluncurkan pesawat Discovery akhir Februari diikuti dengan pesawat Endeavour, yang sering disebut-sebut pengganti Challenger, di bulan April. (Sumber: Daily Me Science)

Comments