Sesosok mahluk terbang melintasi angkasa dengan sepasang sayap yang indah. Mahluk tersebut berbadan singa namun berkepala naga dengan belalai menyerupai gajah yang menggenggam sebilah trisula. Itulah sosok mahluk prabangsa (purba, imajiner – Red) yang dilihat pada suatu malam oleh Pangeran Losari, adik dari Panembahan Ratu I (raja Cirebon ke-2).
Ketika hal tersebut disampaikan kepada sang kakak, gambaran mahluk tersebut menjadi ide design untuk membuat kereta kerajaan baru, sebagai ganti dari pedati gede pekalangan. Melalui arsiteknya, Ki Natagana atau yang lebih dikenal dengan julukan Ki Gede Kaliwulu. Di bangunlah sebuah kereta Kerajaan yang bentuknya persis menyerupai sosok mahluk yang dilihat oleh Pangeran Losari tersebut. Kereta tersebut di beri nama Kereta Singa Barong yang selesai di buat pada tahun Jawa 1571 Saka (1649 M), dengan sengkalan (kode) tahun Saka: Iku Pandhita Buta Rupane (Itu Pendeta Raksasa Wujudnya).
Walaupun dibuat pada masa lampau, para ahli berpendapat, Kereta Singa Barong telah memiliki tehnologi yang canggih, yang telah banyak digunakan oleh kendaraan-kendaraan masa kini. Kereta tersebut memiliki suspensi sempurna, yang dapat meredam guncangan kereta saat melalui jalanan berbatu atau rusak, sehingga akan nyaman saat digunakan. Hal tersebut juga didukung dengan design roda yang diciptakan sesuai dengan suspensi yang dimiliki kereta, sehingga dapat berputar secara stabil. Roda kereta ini juga didesign untuk kondisi jalan becek, dimana posisi roda dibuat menonjol dari jari-jarinya, agar terhindar dari cipratan air saat melaju di jalanan yang becek. Kereta ini juga memiliki kemudi yang menggunakan sistem hidrolik, sehingga mudah dikemudikan oleh sais/kusirnya. Bahkan kedua sayap yang dimiliki oleh kereta ini dapat bergerak, seperti kepakan saat kereta berjalan.
Dengan segala kenyamanan yang dimilikinya, pada masa kesultanan dulu Kereta Singa Barong dijadikan sebagai kendaraan dinas sultan untuk berkunjung ke wilayah kekuasaannya hingga ke pelosok daerah. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kerbau bule, yang diyakini memiliki kekuatan lebih disbanding jenis kerbau biasanya.
Saat ini kereta Singa Barong sudah tidak lagi dipergunakan dan disimpan di dalam museum Keraton Kasepuhan sejak tahun 1942, beserta benda-benda pusaka milik keraton lainnya. Hanya replika/tiruan dari kereta ini yang dapat kita lihat menyelusuri jalanan pada momen-monen tertentu. Seperti pada Festival keraton nusantara misalnya, replika Kereta Singa Barong kerap disertakan dalam parade.
Sejak tahun 1942 kereta ini hanya dikeluarkan pada tanggal 1 Syawal untuk dimandikan. Kembarannya berada di Keraton Kanoman bernama Kereta Paksi Naga Liman. Kereta ini sangat menarik karena memperlihatkan hasil karya teknologi yang tinggi. Sistim suspensi hidrolik yang dibangun dengan kayu dan baja itu memungkinkan kenyamanan pemakaian si pengguna. Belum lagi desain roda yang menghindarkan pengendara dari lumpur yang terlontar dari roda. Bahwa enam abad yang lalu sudah ada teknologi yang begitu maju, rasanya sangat menakjubkan. Apalagi menurut pengantar wisata, teknologi ini diakui secara internasional sebagai teknologi yang maju di zamannya. Rupanya keraton bukan hanya tempat belajar kebudayaan dan sejarah, tetapi bisa juga menjadi tempat belajar sejarah kemajuan iptek di masa lalu.
Comments
Post a Comment