Menurut sebuah penelitian, video game dengan banyak aksi seperti tembak-tembakan dapat meningkatkan pengelihatan. “Jika sedang mengemudikan kendaraan di waktu subuh atau dengan lampu kabut, pengguna yang banyak memainkan game action dapat melihat kendaraan lain yang ada di depannya dibandingkan dengan pengemudi yang tidak memainkan game action,” kata Daphne Bavelier, ketua tim penelitian pada LiveScience, seperti VIVAnews kutip 30 Maret 2009.
Menurut Bavelier, seorang profesor di bidang ilmu otak dan kognitif dari University of Rochester, New York, kemampuan untuk membedakan sedikit perbedaan dalam bayangan abu-abu, atau sensitivitas terhadap kontras merupakan faktor utama yang membatasi bagaimana seseorang dapat melihat. Penelitian yang didanai oleh National Eye Institute dan Office of Naval Research itu diungkapkan dalam jurnal Nature Neuroscience terbaru.
“Normalnya, jika seseorang ingin meningkatkan sensitivitas kontras berarti ia perlu menggunakan kacamata atau melakukan operasi yang bertujuan mengubah optik mata,” kata Bavelier. “Tetapi kami mendapati bahwa video game action melatih otak untuk memproses informasi visual yang sudah ada secara lebih efisien, dan peningkatan itu terus bertahan selama berbulan-bulan setelah pengguna itu berhenti memainkan game-nya,” ucapnya.
Penemuan itu menyebutkan, video game action yang digunakan pada perangkat latihan bisa berguna sebagai alat tambahan untuk teknik penyehatan mata. Menurut Bavelier, alasannya karena karena game action dapat melatih kemampuan visual lapisan luar otak untuk memanfaatkan lebih baik terhadap informasi yang diterima.
Sebelumnya, pada tahun 2007 Bavelier juga menemukan bahwa video game action dapat meningkatkan kemampuan pemainnya secara signifikan ketika melihat sebuah objek dalam ruangan yang berantakan. Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Oregon juga mendapati bahwa video game dapat meningkatkan kemampuan anak berusia 4 sampai 6 tahun untuk dapat memfokuskan perhatiannya. Caranya juga sama, video game tersebut juga berfungsi untuk melatih otaknya.
Pada penelitian kali ini, Bavelier dan timnya menguji fungsi sensitivitas mata terhadap kontras 22 orang siswanya. Siswa dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama memainkan video game penuh aksi yakni Unreal Tournament 2004 dan Call of Duty 2. Kelompok yang kedua memainkan game The Sims 2, yang kaya akan visual, tetapi tidak banyak membutuhkan koordinasi motorik visual.
Setiap siswa yang berpartisipasi memainkan game selama 50 jam dalam tes yang berlangsung selama 9 minggu. Kemampuan visual mereka kembali dites setelah itu.
Mereka yang memainkan game aksi menunjukkan rata-rata 43 persen perbaikan terhadap kemampuan membedakan bayangan abu-abu, serupa dengan penemuan Bavalier sebelumnya tentang kemampuan pengelihatan pemain game dan non pemain game. Adapun kelompok yang memainkan game The Sims tidak menunjukkan peningkatan kemampuan visual.
“Jika yang dibandingkan adalah orang yang memainkan video game action secara rutin selama lebih dari 6 bulan dibandingkan dengan mereka yang tidak bermain, peningkatannya menjadi 58 persen,” kata Bavelier.
“Sepanjang pengetahuan kami, ini merupakan demonstrasi pertama bahwa sensitivitas terhadap kontras dapat ditingkatkan dengan latihan sederhana,” kata Bavelier. “Ketika orang memainkan game action, mereka mengubah cara kerja otak yang berurusan dengan pemrosesan visual. Game-game ini mendorong sistem pengelihatan manusia sampai batas di mana otak bisa beradaptasi, dan kami telah melihat efek positif yang tetap bertahan meski latihan sudah berakhir selama 2 tahun,” ucapnya.
Jadi, meski ada kekhawatiran bahwa banyaknya waktu yang dihabiskan untuk memainkan video game action bisa berpengaruh buruk pada pemainnya, tetapi belum tentu semuanya berpengaruh tidak baik. “Setidaknya untuk kemampuan pengelihatan,” kata Bavelier.
Comments
Post a Comment