Di balkon gedung itu, gerombolan bromocorah menggebuki korban dan menjatuhkannya hingga tewas. Seorang nenek menyaksikan peristiwa mengerikan itu lalu meniup peluit. Dua polisi muda datang mendengar jeritan peluit. Para preman pun menghampirinya tanpa rasa takut. Apa yang terjadi?
Polisi malah meminta si nenek diam, seakan tak menyaksikan peristiwa berdarah itu. "Ini bukan urusan kamu, Nek," kata polisi itu. Si nenek pun malas melapor ke kantor polisi karena dua polisi itu mengatakan akan memakan waktu 48 sampai 72 jam. Sementara itu, kelompok preman sibuk menghilangkan barang bukti dengan menyingkirkan mayat. Rupanya, sang polisi sudah kena "salam tempel" para preman.
Cuplikan pembuka film I Corrupt All Cops (2009) seakan mewakili potret Hong Kong sebagai negara korup pada periode sebelum 1973, ketika wilayah itu masih dalam koloni Inggris. Sutradara Wong Jing menyebutnya sebagai zaman kegelapan. Film yang disingkat ICAC ini berkisah tentang korupsi sekaligus upaya Hong Kong memeranginya sehingga muncul lembaga antikorupsi ICAC (Independent Commission Against Corruption)--inisial yang sama dengan judul film ini--pada 1974.
Adegan dalam film mungkin saja dilebihkan. Tapi, Hong Kong pernah mengalami masa ketika korupsi dan pungutan sangat marak di semua sektor. Kepada Tempo, pensiunan ICAC Hong Kong, Tony Kwok Man-wai, mengamini apa yang ada di film tersebut. "Semua betul. Mereka sangat korup pada masa itu. Ada satu polisi yang ketika bangun tak menemukan ranjang di kamarnya karena seluruh kamar tidurnya penuh uang sampai menutupi ranjang," kata Tony Kwok, Agustus tahun lalu.
Penyakit korup ini melanda hampir di semua lini. Warga Hong Kong sangat familier dengan istilah "mo chin mo sui'' (tidak ada uang tidak ada air)". Istilah ini sering dilekatkan pada petugas pemadam kebakaran yang baru bertindak kalau hitung-hitungan uangnya selesai. Selama 1962 sampai 1972, negeri ini kehilangan sekitar 10 miliar dolar Hong Kong akibat korupsi.
Pada 15 Februari 1974, ICAC berdiri dengan ketuanya, Inspektur Yim (diperankan Bowie Lam). Di depan anak buahnya, Inspektur Yim membuka pidato.
"Pekerjaan di ICAC penuh dengan godaan, ancaman, dan serangan. Kita bisa dikucilkan dan keluarga mungkin membujuk kita keluar dari ICAC. Pertama harus ditanamkan bahwa ini pekerjaan serius. Kita bukan hanya menyingkirkan polisi korup, tetapi membuat revolusi dan membasmi kerajaan korupsi di negeri ini. Sekarang kantor kita belum memiliki perlengkapan, tetapi, yakinlah ICAC akan disegani nanti."
Dalam situasi serba-korup, kehadiran lembaga antikorupsi di Hong Kong mendapat tantangan. Seperti ditayangkan dalam film, ancaman sampai upaya pembunuhan, kata Tony Kwok, sering kali dihadapi penyidik ICAC. Tapi, penyelidikan korupsi bukan milik dan usaha satu orang, melainkan milik tim. "Kalau Anda membunuh saya, tak ada gunanya karena orang lain akan melanjutkan penyelidikan."
Hong Kong akhirnya melewati masa kegelapan. Transparency International sekarang menempatkan Hong Kong di urutan 12 sebagai negara paling bersih dari korupsi--bandingkan dengan Indonesia yang menempati urutan 100. ICAC pun menjadi model komisi pemberantasan korupsi di negara lain, termasuk Indonesia.
Comments
Post a Comment